Minggu, 27 Mei 2012

Partai Politik Sebagai Sarana Pendidikan



Partai politik (parpol) sekarang sudah dianggap gagal dalam memberikanpendidikan politik nilai dan membumikan demokrasi substansial. Pendidikanpolitik yang diberikan justru kian meneguhkan anggapan bahwa politik itu kotor dengan dan politik yang selama ini dilakukan politisi partai.Pendidikan politik oleh parpol akhirnya tak lebih dari pembodohan masyarakatyang mengatasnamakan rakyat, bangsa, negara, demokrasi untuk melegitimasilangkah politis mereka dalam meraih kekuasaan pemerintahanDi Indonesia fungsi-fungsi parpol diatur dalam Undang-Undang (UU)Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Secara gamblang UU itumengatakan, parpol memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan politik bagimasyarakat; perekat persatuan dan kesatuan bangsa; penyerap, penghimpun, danpenyalur aspirasi masyarakat; partisipasi politik warga negara; dan rekrutmenpolitik dalam proses pengisian jabatan publik.Sudah menjadi rahasia umum, kehadiran parpol benar-benar terasa hanyapada saat-saat mendekati pemilu. Pada masa-masa itu parpol menjadi begitupopuler di kalangan masyarakat sehingga mereka tampil seolah-olah inginmenjadi juru selamat bagi masyarakat yang tertindas. Begitu pemilu selesai, bulanmadu parpol-rakyat pun usai. Parpol menarik diri, lalu sibuk menyuarakankepentingan intern partai atau kelompok elite partai. Partai tiba-tiba menjadi asinglantaran aktivitas dan isu-isu politiknya tidak menyentuh kepentingan masyarakat.Partai menjadi lupa akan fungsi yang sebenarnya, fungsi pendidikan politik parpol belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi peningkatan kesadaranpolitik masyarakat. Justru partai politik menuai kritik. Karena parpol cenderungmengutamakan kepentingan kekuasaan atau kepentingan para elit parpolketimbang kepentingan untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negara.Ironisnya, pendidikan politik yang kerap dikumandang para elit parpol hanyasebuah slogan tak bermakna. Kondisi ini menuntut setiap partai politik untuk mengoreksi sejauhmana orientasi dan implementasi visi dan misi parpol secarakonsisten dan terus-menerus.Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkaji masalah peran parpoldalam pendidikan politik masyarakat, sehingga platform partai politik harus jelasmenyentuh masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yangmenyeluruh tentang kehidupan politik yang sehat dan demokratis.Seyogianya kiprah partai politik di Indonesia bisa menampilkan diri sebagaiagen pencerahan. Sebab partai politik mengemban peran dan fungsinya yangkalau saja dijalankan secara konsisten akan membawa perubahan padapeningkatan kesadaran politik masyarakat. Tetapi pada kenyataan partai politik hanya mementingkan dirinya sendiri dalam arti bahwa partai politik hanyamemberikan pendidikan politik untuk mereka yang menjadi generasi partainyasaja, tanpa memperdulikan fungsi yang sebenarnya, yaitu memberikan pencerahanpolitik terhadap masyarakat.
Yang jadi masalah pada bahasan ini adalah :
Apa peranan pendidikan politik guna menunjang terwujudnya demokrasi
Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuannyaadalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melkasanakan kebijasanaan-kebijaksanaanmereka.Dari pengertian diatas bahwa partai politik itu memiliki orientasi untuk memperoleh kekuasaan, tetapi partai politik juga harus mempertimbangkan danmemperhatikan konstituen partai yang notabene adalah landasan besar bagi suatuparpol. Untuk itu partai harus secara kontinyu melaksanakan fungsi-fungsinyadalam mengabdikan dirinya pada masyarakat.Miriam Budiardjo (2004 : 163 – 164) menyebutkan ada 4 fungsi partai politik dalam negara yang demokratis, yaitu :1.

Partai politik sebagai sarana komunikasi politik Untuk melihat seberapa jauh peran partai politik sebagai wadah penyaluraspirasi politik rakyat, sekali lagi harus dilihat dalam konteks prospektif sejarah perkembangan bangsa Indonesia itu sendiri. Pada awal kemerdekaan,partai politik belum berperan secara optimal sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi politik rakyat. Hal ini terlihat dari timbulnya berbagaigejolak dan ketidak puasan di sekelompok masyarakat yang merasaaspirasinya tidak terwadahi dalam bentuk gerakan-gerakan separatis sepertiproklamasi Negara Islam oleh Kartosuwiryo tahun 1949, terbentuknya negaranegara boneka yang bernuansa kedaerahan. Negara-negara boneka ini sengajadiciptakan oleh Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan.Namun kenapa hal itu terjadi dan ditangkap oleh sebagian rakyat pada waktuitu ? Jawabannya adalah bahwa aspirasi rakyat berbelok arah mengikutiaspirasi penjajah, karena tersumbatnya saluran aspirasi yang disebabkankapasitas sistem politik.
Partai politik sebagai sarana sosialisasi atau pendidikan politik Budaya politik merupakan produk dari proses pendidikan atau sosialisasipolitik dalam sebuah masyarakat. Dengan sosialisasi politik, individu dalamnegara akan menerima norma, sistem keyakinan, dan nilai-nilai dari generasisebelumnya, yang dilakukan melalui berbagai tahap, dan dilakukan olehbermacam-macam agen, seperti keluarga, saudara, teman bermain, sekolah(mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi), lingkunganpekerjaan, dan tentu saja media massa, seperti radio, TV, surat kabar, majalah,dan juga internet. Proses sosialisasi atau pendidikan politik Indonesia tidak memberikan ruang yang cukup untuk memunculkan masyarakat madani.
Yaitu suatu masyarakat yang mandiri, yang mampu mengisi ruangpublik sehingga mampu membatasi kekuasaan negara yang berlebihan.
Masyarakat madani merupakan gambaran tingkat partisipasi politik padatakaran yang maksimal.3.
Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik Peran partai politik sebagai sarana rekruitmen politik dalam rangkameningkatkan partisipasi politik masyarakat, adalah bagaimana partai politik memiliki andil yang cukup besar dalam hal: (1) Menyiapkan kader-kaderpimpinan politik; (2) Selanjutnya melakukan seleksi terhadap kader-kaderyang dipersiapkan; serta (3) Perjuangan untuk penempatan kader yangberkualitas, berdedikasi, memiliki kredibilitas yang tinggi, serta mendapatdukungan dari masyarakat pada jabatan jabatan politik yang bersifat strategis.Makin besar andil partai politik
dalam memperjuangkan dan berhasilmemanfaatkan posisi tawarnya untuk memenangkan perjuangan dalam ketigahal tersebut; merupakan indikasi bahwa peran partai politik sebagai saranarekrutmen politik berjalan secara efektif.
Partai politik sebagai sarana pengatur konflik Secara umum kita sering beranggapan bahwa konflik mengandung benihdan didasarkan pada pertentangan yang bersifat kasar dan keras. Namunsesungguhnya, dasar dari konflik adalah berbeda-beda, yang secara sederhanadapat dikenali tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu: (1) Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yangterlibat dalam suatu konflik; (2) Unit-unit tersebut, mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan; dan (3) Terjadiatau terdapat interaksi antara unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat dalamsebuah konflik.Dalam menjalankan peran sebagai pengatur konflik ini, partai-partai politik harus benar-benar mengakar dihati rakyat, peka terhadap bisikan hati nuranimasyarakat serta peka terhadap tuntutan kebutuhan rakyat.
Pendidikan Politik
 Istilah pendidikan politik dalam bahasa Inggris sering disamakan denganistilah political sosialization . Istilah political sosialization jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karenaitu dengan mengunakan istilah political sosialization banyak yang mengistilah kan pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena keduanyamemiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalahpendidikan politik dalam arti sempit.Mochtar Buchori (M. Shirozi, 2005: 30) mengemukakan bahwa terdapatbeberapa pemikiran yang mendukung mulai berkembangnya kesadaranmasyarakat terhadap hubungan antara pendidikan dan politik yaitu Pertama,adanya kesadaran tentang hubungan yang erat antara pendidikan dan politik.Kedua, adanya kesadaran akan peran penting pendidikan dalam menentukan corak dan arah kehidupan politik. Ketiga, adanya kesadaran akan pentingnyapemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan politik. Keempat, diperlukanpemahaman yang lebih luas tentang politik. Kelima, pentingnya pendidikankewarganegaraan (civic education)
ANALISIS
 Pada akhir-akhir ini partai politik hanya populer pada saat akandiselenggarakannya pemilihan umum, hal ini mengindikasikan bahwa partaipolitik pada saat tidak adanya hajatan itu cenderung tidak kelihatan aktivitasnya.Hal ini diakibatkan karena fungsi-fungsi partai politik tidak bisa berjalansebagaimana mestinya, terutama yang berkenaan dengan fungsi yang kedua yaitusosialisasi atau pendidikan politik kepada masyarakat.Sebuah partai agar mendapat dukungan dari masyarakat, partai tersebut harusmampu membuka pandangan tentang demokrasi, nilai-nilai kebangsaan dan hak-hak warganegara. Disamping itu partai politik harus mampu menjadikanmasyarakat memahami posisinya sebagai warganegara dan mau berpartisipasidalam kehidupan politiknya, hal ini dimaksudkan untuk :
 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang demokrasidan hak-hak warga negara,memperkenalkan parpol sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan,memperkenalkan lembaga-lembaga negara baik yang ada di tingkat pusatmaupun daerah
DAFTAR PUSTAKA
 Kartaprawira, Rusadi. (2004).
Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar
.Bandung: Sinar Algensindo.Budiardjo, Miriam, (2004).
 Dasar-dasar Ilmu Poiltik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar